Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Senin, November 28, 2011
Intelegensi dan IQ
Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Senin, Oktober 03, 2011
Buah Ajaib Ubah Rasa Pahit Jadi Manis
Buah ajaib ini merupakan buah dari tanaman Synsepalum dulcificum yang tumbuh secara alami di Afrika barat. Khasiatnya yang bisa mengubah rasa makanan yang asam atau pahit menjadi manis sudah lama dikenal penduduk setempat. Namun, tim peneliti dari Jepang dan Perancis-lah yang baru bisa menjelaskannya secara ilmiah.Untuk mengujinya, tim tersebut menumbuhkan sel ginjal manusia dalam sebuah cawan yang dirancang untuk memproduksi protein reseptor rasa manis. Mereka kemudian menambahkan bahan kimia yang menyebabkan sel-sel reseptor menyala ketika diaktifkan. Setelah itu miraculin, protein dalam buah ajaib yang berfungsi mengubah rasa menjadi manis, ditambahkan ke dalam cawan. Terakhir, ditambahkanlah beberapa zat yang memiliki tingkat keasaman (pH) berbeda.
Setelah diamati, miraculin ternyata memiliki tiga dampak berbeda pada reseptor. Pada tingkat keasaman rendah, efeknya terhadap reseptor amat kecil. Sementara pada tingkat keasaman sedang, miraculin mendorong reseptor untuk bereaksi. Dan, pada tingkat keasaman tinggi, reseptor secara otomatis aktif bereaksi.
Menurut para peneliti, perbedaan dampak itu terjadi karena protein miraculin berubah bentuk saat terkena asam. Semakin tinggi tingkat keasamannya, bentuknya akan semakin berubah. Karena protein terikat amat kuat pada reseptor di lidah manusia, perubahan bentuk protein miraculin mengubah cara resptor lidah bereaksi ketika asam masuk ke mulut. Singkatnya, semakin tinggi pH dalam suatu zat, seseorang akan merasakannya menjadi semakin manis.
Hasil riset yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini membuka kemungkinan diciptakannya pemanis buatan baru. Setelah cara kerja miraculin terungkap, para peneliti berupaya untuk membuat protein tersebut di laboratorium, alih-alih hanya bergantung pada sumbernya di alam.
Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Sabtu, September 10, 2011
Siswa SMA Ciptakan Plastik dari Kentang
Penemuan luar biasa ini telah mengantarkan tim SMAN 48 Jakarta menjadi juara pada Kompetisi Think Quest International 2011 yang diikuti sekitar 33.000 orang dalam 7.603 tim dari 52 negara. Penyerahan hadiahnya akan dilakukan di San Fransisco Bay Area, Amerika Serikat, Oktober 2011.
Penemuan plastik kentang ini berawal dari coba-coba dan sekadar mengaplikasikan teori yang mereka dapat di sekolah.
Bentuk, desain, dan ketebalan plastik yang mereka buat belum terukur secara jelas. Namun, temuan mereka telah membuka cakrawala baru bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Elastisitas plastik yang mereka buat dengan bahan dasar kentang ini sangat mirip dengan plastik pabrikan.
Selain berhasil membuat plastik dari kentang yang mereka sebut bioplastik, tim yang terdiri dari Villa Yohana (16), Muhammad Labib Nauvaldi (16), Ikhsan Habibi (15), Tuwendy (16), Faisal Arsya (16), dan Ben Hadi Pratama (15)—keenamnya kini duduk di kelas XI jurusan IPA—ini juga membuat kertas berbahan baku pelepah bambu.
Kertas yang dihasilkan dari pelepah bambu itu nyaris sama dengan kertas daur ulang yang sering kita lihat: berwarna coklat dan memiliki serat yang tebal.
Menurut Ben Hadi Pratama, anggota tim, ide awal membuat kertas dari bambu berasal dari Villa dan ide pembuatan plastik dari kentang ditawarkan oleh Labib.
"Awalnya, kami masih tanda tanya, apa benar bisa, soalnya hanya berdasar teori dan literatur. Lalu, kami praktikkan sekaligus melakukan penelitian atas prosesnya. Kalau berhasil kenapa, kalau tidak berhasil kenapa," kata Ben yang diiyakan kelima temannya. Dari situlah mereka menyempatkan diri tiap hari berkutat di laboratorium kimia sekolah mereka dan akhirnya berhasil.
Proses pembuatan plastik dari kentang dan pembuatan kertas dari pelepah bambu ini ternyata tidak terlalu rumit dan bisa dilakukan di rumah. tim ini sempat menunjukkan dan mempraktikkan cara pembuatannya di laboratorium kimia sekolah.
Proses pembuatan plastik kentang
Untuk membuat plastik dari kentang, beberapa kentang mentah dicuci bersih, lalu diparut hingga agak halus. Parutan kentang itu dicampur air secukupnya dan diulek agar lebih halus. Setelah itu, parutan kentang disaring untuk membuang airnya sehingga hanya tersisa endapan putih, yakni sari pati kentang.
Sari pati kentang ini lalu dicuci lagi dan kembali disaring. Tunggu hingga mengendap. Endapan berupa tepung pati kentang ini lalu dicampur HCL atau asam cuka atau cuka dapur, gliserin, dan air secukupnya. Lalu, campuran pati kentang, HCL, gliserin, dan air ini dipanaskan di atas api sedang selama 15 menit sambil terus diaduk. "Nanti hasilnya akan seperti gel berwarna putih," kata Ben.
Gel dari sari pati kentang ini lalu ditetesi NaOH (natrium hidroksida) atau soda api, setetes demi setetes, lalu dites dengan ditempelkan ke kertas lakmus warna pink. Jika kertas lakmus itu berubah warna menjadi merah, tetesan soda api harus ditambah. "Sampai kertas lakmusnya berwarna biru atau hijau," kata Ben.
Jika gel yang ditetesi NaOH saat dites di kertas lakmus warna pink berubah menjadi biru atau hijau, gel ini siap menjadi plastik. Gel lalu siap dibentuk atau dituang di cetakan dan dijemur selama beberapa jam atau paling lama sehari sampai mengering. Setelah mengering, gel itu berubah menjadi plastik bening.
Kertas dari bambu
Proses pembuatan kertas dari pelepah bambu juga cukup sederhana. Pelepah bambu atau kulit pembalut batang bambu dicuci dan dipotong kecil-kecil, lalu dicampur dengan NaOH (natrium hidroksida) atau soda api dan direbus di atas api sedang selama dua jam. Sambil direbus, potongan pelepah bambu itu diaduk dengan pengaduk kayu. "Kalau pakai pengaduk berbahan metal, akan timbul sifat korosif, soalnya kan ada NaOH-nya," kata Vilia.
Setelah dua jam direbus, potongan pelepah bambu kembali dibersihkan dan dicuci, lalu dicampur dengan lem kertas secukupnya sambil diblender hingga menjadi bubur kertas. Bubur kertas ini siap dicetak dengan screen dan dibiarkan mengering beberapa jam. "Setelah kering, tinggal diambil dari screen dan jadilah kertasnya," tutur Vilia.
Kertas buatan Vilia dan kawan-kawan ini nyaris sama dengan kertas hasil daur ulang. Kertas mereka berwarna coklat dan memiliki serat yang tebal. "Kami sedang cari cara untuk membuatnya berwarna putih. Mungkin dicampur dengan pemutih baju atau klorin," katanya. Selain membuat kertas dari pelepah bambu dan bioplastik dari kentang, mereka juga menawarkan pembuatan kertas dari alga merah atau ganggang laut. "Kami tahu dari literatur bahwa kandungan seratnya tepat buat dijadikan kertas," ujarnya. (bum)
Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Sabtu, September 10, 2011
Indonesia Raih Medali di Olimpiade Astronomi
Adapun, sesuai siaran pers yang diterima Kompas.com, medali yang berhasil diraih adalah 2 medali perak dan 1 medali perunggu. Peraih medali perak adalah Raymond Djajalaksana, pelajar SMA Ipeka Sunter dan Ko Matias Adrian Kosasih, pelajar SMA Negeri 5 Bekasi. Sementara periah medali perunggu adalah Muhamad Wildan Ghifari dari SMA Semesta Semarang.
Dengan kemenangan ini, maka 3 dari 5 peserta yang dikirim oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) berhasil membawa oleh-oleh membanggakan bagi bangsa. Dua peserta lain yang ikut serta adalah Miftahul Hilmi dari SMA Negeri 1 Gresik dan James Lim dari SMAK Petra Surabaya.
IOAA adalah ajang kompetisi dalam bidang astronomi dan astrofisika bagi pelajar sekolah menengah. Ajang yang berhasil digelar tahun ini adalah prakarsa pemerintah Provinsi Silesia Polandia dan didukung oleh Kementerian Pendidikan Polandia.
Seluruh ronde perlombaan tahun ini dijalani di Planetarium Silesia. Selama mengikuti kompetisi ini, peserta Indonesia didampingi oleh Team Leader yang terdiri dari Dr Hakim L Malasan dan Mohammad Ikbal Arifyanto dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Rizal Alfian S.Kom M.Si dari Direktorat Pembinaan SMA Kemdiknas.
Peserta menginap di kota Katowice dan Team Leader di kota Krakow. Keduanya memiliki agenda masing-masing selama lomba. Selain kebanggaan karena meraih medali, Indonesia juga bisa berbangga sebab Dr Chatief Kunjaya terpilih sebagai Presiden IOAA untuk periode 2012 - 2016.
Dr Chatief terpilih secara mutlak, 47 suara, dalam acara Agenda Pemilihan Presiden dan Sekertaris Jenderal IOAA. Dengan terpilihnya Dr Chatief Kunjaya, Indonesia bisa semakin berharap agar astronomi lebih maju. Peserta dan Team Leader kembali ke tanah air Senin 5/9/2011.
Kemenangan kali ini bisa menjadi motivasi untuk kembali berjaya di IOAA 6 yang akan berlangsung di Rio de Janeiro, Agustus, tahun depan.
Congratulation, Bravo INDONESIA !!!
Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Kamis, Agustus 25, 2011
10 " Takdir " Keturunan yang Sulit Dicegah
Anak-anak penderita alkoholik tidak ditargetkan menjadi pecandu alkohol juga. Tapi studi terbaru mengungkap bahwa sekitar 50 persen anak para alkoholik berisiko menderita nasib serupa dengan orangtuanya. Sebesar 50 persennya lagi akan ditentukan oleh lingkungan. Ini disebabkan sejumlah gen pada orangtua menurun ke anak, sejenis gen ketergantungan.
Penyebabnya memang masih misteri, namun ilmuwan sudah menemukan bahwa terjadi mutasi sejumlah gen seperti BRCA1 dan BRCA2 adalah pemicunya. Perempuan yang mewarisi mutasi gen ini akan menderita kanker payudara. Sedangkan kaum lelakinya akan mengalami risiko kanker prostat.
Sebanyak 10 juta lelaki AS tak bisa membedakan mana merah dan hijau. Gangguan pengelihatan ini memang lebih banyak diderita Kaum Adam. Mengapa? Sebab gen reseptor warna hijau dan merah berada di posisi dekat kromosom X.
Mengerikan juga jika seorang ayah yang suka melakukan kekerasan akan menurun pada anaknya. Perilaku agresif anak lelaki biasanya diturunkan dari gen ayahnya. Bukan hanya kebiasaan melakukan kekerasan, melainkan juga perilaku antisosial dan suka mencuri. Gen suka mencuri ini lebih banyak bekerja pada perempuan.
Kegemukan tak selamanya akibat lingkungan. Banyak kasus dimana orang memangvsulit menahan nafsu makannya. Ini disebabkan ada gen yang membuat fungsi penahan nafsu makan tidak bekerja dengan baik. Dan gen ini menurun. jadi jangan heran jika menjumpai satu keluarga yang bertubuh gemuk semua.
Jika punya anggota keluarga menderita diabetes atau stroke, bisa dipastikan akan menderita gangguan jantung. Anak dari orang tua penderita gangguan jantung dan peredaran darah akan mewarisi penyakit tersebut. Ditambah lagi pasien gagal jantung juga akan menurunkan penyakit serupa.
Ingin memiliki saudara kembar? Periksa dulu apakah ada kembar dalam keluarga kita. Kasus kembar ini dipicu oleh suatu gen yang membuat seorang ibu melepaskan sel telur multipel selama ovulasi .Keturunan kembar ini tidak selalu menurun langsung ke anak-anak, bisa melompat ke cucu atau sepupu.
Anda berjerawat parah? Agak sulit disembuhkan jika memang kedua orangtua kita berjerawat juga. Studi mempelihatkan banyak anak usia sekolah berjerawat juga memiliki riwayat berjerawat pada keluarganya.
Ada sebagian orang yang tak bisa minum susu hewani dengan kandungan zat laktosa. Memang tubuh mereka tak mampu menoleransi laktosa sama sekali. Untuk bayi, biasanya disediakan susu kedelai dengan kandungan laktosa rendah. Kondisi seperti ini juga bersifat menurun dalam anggota keluarga.
Walau kebotakan dianggap biasa pada kaum lelaki, ternyata hal itu juga dipicu oleh keturunan. Ada gen yang diturunkan oleh salah satu pihak orangtua atau keduanya yang menyebabkan si anak juga menderita kebotakan. Ada juga orang yang menderita kebotakan permanen yang pastinya juga disebabkan oleh satu jenis gen.
Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Jumat, Agustus 19, 2011
10 Teknologi Pencegah Bumi dari Kehancuran
Ada proses bernama thermo-depolymerization, suatu proses yang sama dengan bagaimana alam memproduksi minyak. Misalnya limbah berbasis karbon jika dipanaskan dan diberi tekanan tepat, mampu menghasilkan bahan minyak. Secara alamiah proses ini menbutuhkan waktu jutaan tahun. Dari eksperiman yang sudah-sudah, kotoran ayam kalkun mampu memproduksi sekitar 600 pon petroleum.
2. Menghilangkan garam dari air laut.
PBB mencatat, suplai air bersih akan sangat terbatas bagi miliaran manusia pada pertengahan abad ini. Ada teknologi bernama desalinasi, yakni menghilangkan kadar garam dan mineral dari air laut sehingga layak diminum. Ini merupakan solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah krisis air. Masalahnya, teknologi ini masih terlalu mahal dan membutuhkan energi cukup besar. Kini para ilmuwan tengah mencari jalan agar desalinasi dapat berlangsung dengan energi lebih sedikit. Salah satu caranya adalah dengan melakukan evaporasi pada air sebelum masuk ke membran dengan pori-pori mikroskopis.
3. Tenaga Hidrogen.
4. Tenaga surya
Energi surya yang sampai di bumi terbentuk dari photon, dapat dikonversikan menjadi listrik atau panas. Beberapa perusahaan dan perumahan sudah berhasil menggunakan aplikasi ini. Mereka memakai sel surya dan termal surya lain sebagai media pengumpul energi.
5. Konversi Panas Laut
Media pengumpul tenaga surya terbesar di bumi ini adalah air laut. Departemen Energi Amerika Serikat (AS) menyebut, laut mampu menyerap panas surya setara dengan energi yang dihasilkan 250 miliar barel minyal per hari. Ada teknologi bernama OTEC yang mampu mengkonversikan energi termal laut menjadi listrik. Perbedaan suhu antar permukaan laut mampu menjalankan turbin dan menggerakan generator. Masalahnya, teknologi ini masih kurang efisien.
6. Energi gelombang laut.
Laut melingkupi 70 persen permukaan bumi. Gelombangnya menyimpan energi besar yang dapat menggerakkan turbin-turbin sehingga mengasilkan listrik. Problemnya agak sulit memperkirakan kapan gelombang laut cukup besar sehingga memproduksi energi yang cukup. Solusinya adalah dengan menyimpan sebagian energi ketika gelombang cukup besar. Sungai Timur kota New York saat ini sedang menjadi proyek percobaan dengan enam turbin bertenaga gelombanng air. Sedangkan Portugis justru sudah lebih dulu mempraktikan teknologi ini dan sukses menerangi lebih dari 1500 rumah.
7. Menanami atap rumah
Konsep ini diilhami dari Taman Gantung Babilonia yang masuk dalam daftar Tujuh Keajaiban Dunia. Istana Babilonia terdiri atas atap yang ditanami aneka flora, juga balkon dan terasnya. Taman atap ini mampu menyerap panas dan mengurangi karbon dioksida. Bayangkan jika burung-burung dan kupu-kupu berterbangan di sekitar rumah hijau kita.
8. Bioremediasi
Ada proses bernama bioremediasi, yakni memanfaatkan mikroba dan tanaman untuk membersihkan kontaminasi. Salah satunya adalah membersihkan kandungan nitrat dalam air dengan bantuan mikroba. Atau memakai tanaman untuk menetralisir arsenik dari tanah. Beberapa tumbuhan asli ternyata punya faedah untuk membersihkan bumi kita dari aneka polusi.
9. Kubur barang-barang perusak
Karbon dioksida adalah faktor utama penyebab pemanasan global. Energy Information Administration (EIA) mencatat, tahun 2030 emisi karbon dioksida mencapai 8000 juta metrik ton. Metode paling sederhana untuk menekan kandungan zat berbahaya itu adalah dengan menguburkan berbagai sumber penghasil CO2 seperti aneka limbah elektronik berbahaya. Namun ilmuwan masih belum yakin bahwa gas berbahaya akan tersimpan aman. Tetap saja kelak akan muncul imbas negatifnya bagi lingkungan.
10. Buku elektronik
Bayangkan, berapa ton kertas dan berapa banyak pohon harus ditebang bagi seantero dunia jika kita semua harus membeli koran, majalah, novel, buku pelajaran, buku tulis, kertas faks, sampai tisu toilet. Buku elektronik atau surat elektronik yang lebih dikenal dengan e-book dan email memberi kontribusi sangat berarti pada kelangsungan hidup. Dengan teknologi itu, produksi kertas dapat ditekan, sehingga bahan kita tak perlu menebang terlalu banyak pohon.
Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Selasa, Agustus 09, 2011
Lampu dengan Tenaga Darah Manusia
Ide dibalik ‘lampu darah’ tersebut, ditemukan oleh Mike Thomspon, seorang designer Inggris yang tinggal di Belanda. Lampu tersebut mengandung Luminol, senyawa kimia yang digunakan ilmu forensik untuk mendeteksi keberadaan darah pada Tempat kejadian perkara (TKP). Luminol bereaksi dengan besi (ferum) pada sel darah merah dan membuat terang berwarna biru. Untuk menggunakan lampu tersebut, kita harus mencampurnya didalam bubuk aktivasi. Kemudian, kaca tersebut dipecahkan, lalu teteskan darah ke dalam bubuk.
Thompson mendapatkan ide ini beberapa tahun yang lalu, ketika sedang studi master pada Akademi Design Eindhoven di Belanda. Dia melakukan penelitian mengenai energi kimia untuk proyek tersebut, dan mempelajari kegunaan luminol.
‘ Bahwa energi menjadi sesuatu yang mahal, hal tersebut selalu membayangin pikiran saya. Penelitian ini adalah cara supaya kita berpikir secara alternatif mengenai cara menggunakannya’, Kata Thompson. Lampu tersebut dimaksudkan untuk ‘menantang persepsi manusia mengenai asal usul dari sumber energi kita’, demikian kata dia. Hal ini akan memaksa pengguna untuk ‘ berpikir ulang mengenai betapa berharganya energi, dan betapa selama ini telah terjadi pemborosan energi.’
Fakta bahwa lampu tersebut hanya bisa sekali digunakan, menjadikannya semakin pantas untuk jadi bahan renungan.
‘Kita harus dapat memutuskan, kapan menggunakan lampu tersebut, sebab ia hanya bekerja sekali,’ Kata Thompson. ‘ Hal itu menyebabkan kita merasa sayang untuk melakukan pemborosan.’
Thompson mendesain dan memproduksi lampu tersebut pada 2007, dan membuat video proyek tersebut pada tahun ini.
Diterjemahkan dari LiveScience.com
Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Selasa, Agustus 09, 2011
Sains, Teknologi, dan Peradaban Bangsa
Third World,” Susantha Goonatilake menyimpulkan bahwa:
“The major carriers of science in the Third World, the universities and the research
institutes, …, produce a large number of scientists as well as … impressive output….
This science, though important practically, is of mediocre creativity;
it has failed to produce any significant originality in thinking.”Dalam buku tersebut dimuat berbagai hasil studi terhadap perkembangan sains dan teknologi di negara-negara berkembang baik di Asia, Afrika maupun Amerika Latin pada periode pra-kolonial, kolonial dan pasca-kolonial. Istilah “aborted creativity” digunakan untuk menegaskan adanya pola umum dalam perkembangan pengetahuan di Dunia Ketiga, dimana kreativitas yang pernah tumbuh berkembang di masa pra-kolonial, mengalami marjinalisasi, tekanan-tekanan, sehingga akhirnya tidak mampu meraih tahap perkembangan yang lebih tinggi.
Berbeda dengan sains dan teknologi di Barat, di Dunia Ketiga perkembangan sains dan teknologi ini cenderung imitatif, tidak memiliki orisinalitas, dan rendah dalam kreativitas. Menurut Goonatilake, gejala ini dipengaruhi oleh struktur sosial, kondisi psikologi dan persoalan epistemologi yang membuat sains dan teknologi di Dunia Ketiga—meskipun sudah meraih kemerdekaan—selalu bergantung pada sains dan teknologi di Barat.
“… the sentiment which has impelled the races of Asia to struggle for independence is not only based on truth and justice, but us also in keeping with the insistent call of progress and absolutely in harmony with the dictates of humanity. But here it is important to bear in mind that that sentiment must be so nurtured that it will not stray from the path of truth, justice, humanity and idealism. For, should we fall prey to careless ways of thought, this self-same sentiment will turn itself into an instrument of destruction and all our idealistic visions of a brave new world will end in Dead-Sea fruit.”Melalui pernyataan di atas, Dr. Sharir menegaskan kebenaran, keadilan dan kemanusiaan sebagai pijakan bagi perjuangan untuk meraih kemerdekaan, dan mengingatkan agar pijakan ini terus-menerus dihidupkan untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan yang justeru dapat merusak nilai-nilai ideal dari suatu kemerdekaan.
Kurang dari satu dekade setelah Konperensi Asian Relations di New Delhi, negara-negara Dunia Ketiga kembali menyelenggarakan pertemuan yang dikenal dengan Konperensi Asia-Afrika, di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Ini merupakan pertemuan monumental negara-negara Dunia Ketiga yang melahirkan sebuah kesepakatan penting yang dikenal dengan Dasasila Bandung. Sepuluh prinsip yang terkandung dalam Dasasila Bandung menegaskan penghormatan dan perlindungan atas hak-hak dasar manusia, kedaulatan dan integritas setiap bangsa, persamaan bagi setiap ras, dan menolak segala tindakan campur tangan, tindakan penekanan dan kekerasan, tindakan penyimpangan hukum dari bangsa mana pun di dunia.
Setengah abad Dasasila Bandung dicetuskan sudah. Sebagian besar negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, masih belum meraih keadaan sebagaimana yang diaspirasikan melalui Dasasila Bandung tersebut. ‘Bencana’ moneter yang dialami negara-negara Dunia Ketiga di sepanjang 1990-an memperlihatkan rendahnya kemerdekaan ekonomi dan politik dari negara-negara tersebut. Fakta ini, dan didukung dengan fakta tentang tingginya kebergantungan negara-negara Dunia Ketiga dalam sains dan teknologi di era pasca-kolonial, memperlihatkan bahwa kemerdekaan yang diraih negara-negara Dunia Ketiga belum meraih wujud yang utuh dan matang.
Sains dan Teknologi di Dunia Islam dan Asia
Perkembangan pengetahuan yang signifikan pernah terjadi di masa jaya para pemikir dari Dunia Islam, pada abad ke 7 sampai abad ke 10 Masehi. Pada masa ini, khazanah intelektual Yunani digali dan disempurnakan oleh pemikir besar seperti Ibnu Sina, Ibnu Kaitsam, Al Khawarizm, dan lain-lain. Tradisi filsafat Yunani mendapatkan ‘ruh’ yang baru di masa itu, dan dasar-dasar penelitian empirik diletakkan oleh para saintis muslim. Astronomi, Kimia, Optika, Matematika, Kesusasteraan, Politik dan Kenegaraan mengalami kemajuan yang sangat pesat di periode ini. Logos (kehendak, kesadaran) yang mendasari pencarian intelektual di masa ini mendapat pengaruh besar dari sistem ajaran Islam yang khas tentang manusia, masyarakat, dunia material dan alam eternal. Hingga belahan pertama milenium II (sampai 1400-an), pengetahuan berkembang meluas di negara-negara Asia dan Afrika lain seperti India, Cina, dan Mesir, yang dikenal sebagai bangsa-bangsa yang memiliki peradaban besar. Dalam catatan Susantha Goonatilake, terdapat sistem pengetahuan formal tentang dunia fisis yang dikenal dengan nama Ayurveda, yang berakar pada sistem ajaran agama Buddha. Di abad ke 13, sistem pengetahuan Ayurveda berhasil mengembangkan penggunaan zat-zat kimia untuk keperluan medis.
Sedangkan bangsa-bangssa Eropa pada masa-masa itu mengalami apa yang oleh pemikir Eropa Modern disebut sebagai Masa Kegelapan (Dark Age) yang dicirikan oleh dominasi kerajaan-kerajaan barbar. Abad ke 14 sampai abad ke 17 merupakan masa Renaissance bagi Barat di mana berlangsung pergerakan kultural mulai dari Italia, dan meluas ke Jerman, Perancis, Inggris, dan negara-negara Eropa Barat lainnya. Renaissance merupakan transformasi peradaban Eropa dari masa kegelapan menuju era baru yang disebut dengan Enlightment. Perubahan peradaban ini ditandai dengan transformasi sosialpolitik-ekonomi, dan perubahan dalam world view, yang dipelopori oleh, di antaranya, Leonardo da Vinci, Copernicus, Bacon, Newton, Hume, dan August Comte.
Melalui Renaissance ini, khususnya memasuki abad 19, sains dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan watak yang khas, yang oleh Martin Heidegger disebut dengan ‘memerangkap alam.’ Ilmu pengetahuan yang semula dikembangkan dengan tujuan utama memahami alam, bergeser menjadi kontrol dan manipulasi alam. Kesadaran (logos) untuk memerangkap alam ini menjadi pendorong pengembangan teknologi modern di pasca Revolusi Industri.
Sains dan Teknologi di Barat
Hingga akhir abad 19, perkembangan sains dan teknologi berlangsung hanya dengan dukungan dan campur tangan yang sangat terbatas dari pemerintah. Kemajuan sains di era modern sebagian besar berlangsung melalui upaya-upaya individual—para saintis ‘amatir’ yang bekerja di Eropa, khususnya Inggris, Perancis, Jerman, Austria dan negara-negara Skandinavia. Istilah ‘amatir’ di sini digunakan untuk menegaskan bahwa sains bukan merupakan sejenis profesi di masa itu. Mata pencaharian utama para saintis di masa itu seringkali tak terpaut dengan sains yang mereka tekuni. Komunikasi di antara mereka berlangsung secara pribadi, tidak melalui forum-forum formal.
Upaya-upaya saintifik mengalami reformasi selama abad 19 seiring dengan meningkatnya relasi-relasi antara kepentingan pemerintah dan kegiatan S dan T. Di masa itu perhatian pemerintah untuk menggunakan sains menjadi tumbuh pesat terutama di Eropa, Amerika Serikat dan Kanada. Perang Dunia I menandai awal mula bersatunya para saintis dengan pemerintah. Ketika itu untuk pertama kalinya para saintis dikerahkan untuk mengabdikan sains bagi kepentingan perang, dan menghasilkan lembaga-lembaga besar seperti Departemen Riset Saintifik dan Industrial, Dewan Riset Nasional di AS.
Setelah Perang Dunia I, hubungan-hubungan ini berkembang lebih jauh. Akibat Revolusi Rusia dan pengukuhan negara Soviet, sains digalang untuk melayani ideologi komunis. Sains bukan hanya menjadi aset kapital nasional, tetapi juga layanan publik dan dipadukan dengan kekuatan produksi. Perencanaan dan koordinasi sentral riset saintifik untuk tujuan pembangunan ekonomik kemudian dilembagakan. Industrialisasi Rusia yang fenomenal dan berlangsung dalam sekejap, sebagian besar didorong oleh kebijakan pemerintah Rusia bagi sains. Ini membangkitkan kepercayaan bahwa sains dapat, dan harus direncanakan untuk kepentingan masyarakat.
Pengalaman di masa perang memperlihatkan bahwa kemajuan sains dan teknologi dapat dipercepat melalui koordinasi riset secara nasional dan dukungan pemerintah secara terorganisasi. Meluasnya peranan sains dan teknologi dalam pemerintahan dimotivasi utamanya oleh keinginan negara-negara pada masa itu untuk memelihara pembangunan ekonomi dan ketahanan militer. Buah dari upaya seperti ini dapat diarahkan menuju prioritas kebijakan nasional. Seusai masa perang, formulasi kebijakan sains dan teknologi nasional menjadi objektif yang penting di antara negara-negara industri. Ini terlihat pada pendirian Dewan Penasihat Kebijakan Sains di Inggris, Komisi Energi Atom di Perancis, dan Fondasi Sains Nasional di AS.
Perang Dingin
Sesudah Perang Dunia II, di masa Perang Dingin, sains dan teknologi yang terpaut dengan kegiatan militer mendapat pendanaan yang sangat besar. Dengan suksesnya Manhattan Project dan pengembangan senjata nuklir, sains fisik menerima kelayakan politik yang sangat tinggi. Untuk alasan yang serupa, sebagai konsekuensi kompetisi antara AS dan Uni Soviet, sains yang terpaut dengan program luar angkasa seperti sains material, aspek tertentu dari astronomi, memperoleh pendanaan besar. Tetapi pada periode berikutnya kedua program ini mengalami pengurangan anggaran yang sangat berarti, sebagai akibat menurunnya ketegangan di antara dua negara besar tersebut.
Di era 1940-an, sains fisika mendapat dukungan politis jauh lebih besar dari sains sosial. Sehelai surat yang ditandatangani 5000 saintis disampaikan pada Presiden AS di tahun 1945. Surat itu menyatakan bahwa merupakan kesalahan besar untuk melibatkan para saintis sosial di dalam National Science Foundation (NSF). Sains sosial bersifat kontroversial sehingga rentan terhadap serangan politik, dan membuat NSF kesulitan dalam memobilisasi sumber-sumber daya. Tetapi di pertengahan 1960-an, dengan berkembangnya kritik terhadap Perang Vietnam, kritik terhadap sains sosial menjadi bumerang bagi sains fisik itu sendiri. Sains-sains sosial bangkit dan berkembang dalam tubuh saintifik Amerika.
Perkembangan ilmu pengetahuan di negara-negara bekas kolonial menghadirkan isu yang vital berkenaan dengan karakteristik pengetahuan mereka. Istilah ‘satellitic science’ telah digunakan oleh para pengamat sains di Dunia Ketiga untuk menggambarkan situasi ini. Apa-apa yang dipandang sebagai pengetahuan saintifik di Dunia Ketiga adalah apa-apa yang telah diakui absah di dalam tradisi modernis Barat. Pengetahuan yang absah ini kemudian diimitasi di periferal melalui kebergantungan sosial dan kultural.
Model Perkembangan Pengetahuan Difusionis
Umumnya dalam model perkembangan pengetahuan demikian, proses akuisisi pengetahuan sebagian besar bersifat difusionis (dari pusat ke periferi). Pengetahuan fundamental dan mendasar tumbuh sebagian besar di Barat dan dialihkan ke negara-negara berkembang dalam konteks hubungan intelektual yang bergantung. Sebagian besar pekerjaan penting, isu-isu utama, dan paradigma utama dalam sains berlangsung di pusat sementara isu-isu minor dan sub-problem yang ditangani saintis di negara-negara yang bergantung. Legitimasi pengetahuan—proses yang melaluinya output pengetahuan tertentu dicap absah dan relevan, mengambi bentuk berbeda di pusat dan di periferi.
Di pusat, legitimasi berlangsung melalui perdebatan yang sengit dan negosiasi sosial pada isu-isu saintifik oleh para saintis di pusat. Di periferi yang terikat, akumulasi pengetahuan terjadi melalui difusi ide-ide yang berasal dari pusat, dan legitimasi terjadi dengan merujuk dan mengacu pada tulisan-tulisan dan para penulis di pusat. Reputasi saintifik di sebuah negara periferial seringkali dibentuk tidak atas dasar kriterian saintifik, tetapi cara-cara personal-politis.
Pengetahuan saintifik di pusat oleh karenanya, tumbuh di dalam lingkungan yang kreatif melalui proses organik. Di perferi, struktur kebergantungan menghasilkan pengetahuan imitatif atau pengetahuan yang dilegitimasi pada kriteria non-saintifik.
- Aquelt Ahmad, et al (editors), Science and Technology Policy for National Development: A Window on the Asian Experience, published by the Foundation for International Training, Canada, 1988.
- Carl Mitcham, Thinking Through Technology, Chicago Press, USA, 1994.
- Goonatilake, Susantha, Aborted Creativity: Science dan Creativity in the Third World, Zed Book Ltd., London, 1984.
- Kusmayanto Kadiman, “IPTEKS, Pendidikan Tinggi dan Reformasi Sosial: Sebuah Retrospeksi,” Naskah Pidato Rektor ITB dalam acara Wisuda ITB, Juli, 2003.
- Kadiman, K., “Kontrak Sosial bagi Sains,” HU Pikiran Rakyat, Edisi Akhir Tahun, 2004.
- Pradip K. Ghosh (editor), Technology Policy and Development: A Third World Perspective, Greenwood Press, Connecticut, USA, 1984.
Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Jumat, Agustus 05, 2011
Matematika dalam Ramadhan
Bismillaahirrohmaanirrohiim..
Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Islam. Bulan Ramadhan merupakan penghulu bulan-bulan (sayyidu as-syuhur) dalam kalender Qamariah (Hijriyah).
Pada bulan Ramadhan, Al-Qur’an pertama kali diturunkan dan pada bulan ini juga umat Islam di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa. Ibadah puasa merupakan rukun Islam yang keempat, dan wajib dilakukan oleh orang mukmin sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 183:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Pada tulisan ini tidak akan dibicarakan mengenai definisi dan tata cara berpuasa, tetapi menjelaskan puasa berkaitan dengan matematika.
- Rahasia Dibalik Angka 9
Kata “puasa” merupakan terjemahan dari kata “shaum“. Shaum merupakan bentuk tunggal (mufrad/single), yang bentuk jamaknya adalah Shiam. Jika mengkaji kitab suci al-Qur’an mengenai puasa ini, maka akan ditemui bahwa kata “shaum” disebutkan sebanyak 1 kali (yaitu pada QS 19:26), sedangkan kata “shiam” disebutkan sebanyak 9 kali,:
1.QS 2: 183,
2. QS 2: 187 (2 kali)
3. QS 2: 196 (2 kali)
2. QS 4: 92
3. QS 5: 89
4. QS 5: 95
5. QS 58: 4
Jika lebih dalam mengkaji makna “shaum”, akan ditemui bahwa “shaum” merupakan puasa khusus, yang dalam QS 19: 26 merupakan puasa berbicara.
Untuk ibadah puasa di bulan Ramadhan, al-Qur’an menggunakan kata “shiam” yang disebutkan sebanyak 9 kali. Mengapa 9 kali? Jawaban paling mudah untuk pertanyaan ini adalah karena bulan Ramadhan merupakan bulan ke-9 dalam kalender Qamariah (Hijriyah).
Apakah ini kebetulan?
Ini bukanlah kebetulan, karena al-Qur’an bukanlah kitab kebetulan. Semua isi al-Qur’an adalah haqq dan mempunyai tujuan tertentu.
Pada sistem bilangan desimal, sebenarnya hanya terdapat sepuluh macam lambang bilangan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Bilangan-bilangan tersebut akan membentuk siklus, yaitu setelah 9 akan kembali lagi ke 0. Jika hal ini dibuat analogi (untuk mengambil hikmah) berkaitkan dengan bulan Ramadhan yang merupakan bulan ke-9, akan didapatkan dua kesan :
1. 9 merupakan bilangan terbesar yang sesuai dengan posisi bulan Ramadhan sebagai penghulu bulan-bulan (sayyidu as-syuhur)
2. Setelah 9 maka siklus akan kembali pada 0. Hal ini sangat sesuai dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Ibadah puasa Ramadhan diharapkan dapat mengembalikan umat Islam pada posisi nol, yaitu posisi fitrah. Setelah umat Islam sudah carut marut dengan berbagai salah dan dosa, maka puasa Ramadhan merupakan momen untuk mengembalikan dirinya kepada kesucian (‘aid al-fitrih), kembali pada posisi 0.
- Menunjukan Jumlah Hari Dalam Berpuasa
Kata “shiam” yang khusus membahas puasa Ramadhan, hanya dijelaskan pada surat QS 2 ayat 183 dan 187.
Semuanya menggunakan kata “al-Shiam” yang berbeda dengan di ayat-ayat yang lain yang menggunakan kata “Shiam”, “Fashiam” atau “Shiama”.
Jika digit-digit pada ketiga bilangan tersebut dijumlahkan akan diperoleh 2 + 1 + 8 + 3 + 1 + 8 + 7 = 30.
Apa yang terbayang dengan bilangan 30? Bilangan 30 ini seakan mengingatkan pada banyak hari, yaitu 30 hari atau 1 bulan.
Meskipun satu bulan tidak selalu 30 hari, tetapi secara umum satu bulan dianggap 30 hari. Kesan yang diperoleh berkaitan bilangan 30 tersebut adalah seakan sudah ditegaskan bahwa puasa Ramadhan adalah satu bulan penuh. Tidak dibenarkan puasa hari pertama saja dan hari terakhir saja (puasa bedug), dan tidak dibenarkan juga puasa selang-seling (puasa ula weling), sehari puasa sehari berikutnya tidak (puasa bolong). Puasa Ramadhan adalah puasa satu bulan penuh atau utuh.
- Seperti Puasa 1 Tahun Penuh
Berkaitan dengan puasa Ramadhan, nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa
“Barang siapa berpuasa Ramadhan lalu dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah sudah berpuasa setahun penuh”.
Bagaimana dapat terjadi, 1 bulan ditambah 6 hari sama dengan 1 tahun? Hadits ini dapat dijelaskan secara matematik.
Dalam al-Qur’an surat al-An’aam ayat 160 telah disebutkan bahwa “barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya”. Berdasarkan ayat ini maka diperoleh bahwa 1 bulan akan sama dengan 10 bulan (dikalikan 10) dan 6 hari akan sama dengan 60 hari atau 2 bulan (juga dikalikan 10). Hasil akhir akan diperoleh, 10 bulan ditambah 2 bulan akan sama dengan 12 bulan atau 1 tahun.
Penjelasakan matematik ini memang terlalu sederhana, karena menggunakan standar minimal (10 kali) dan menyamakan puasa Ramadhan dengan puasa Syawal. Pahala puasa Ramadhan hanya Allah swt yang tahu.
Allah swt berfirman dalam hadits qudsi bahwa “puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang membalasnya”. Selain itu, nabi Muhammad saw bersabda bahwa “Allah menetapkan pahala antara 10 sampai 700 kali, tetapi tidak untuk pahala puasa Ramadhan”.
Wallahu a’lam….
Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Jumat, Agustus 05, 2011
Dua Hujan Meteor di Malam Bulan Ramadhan
tepatnya pada Sabtu, 13 Agustus 2011, yakni hujan meteor Perseids dan Delta Aquarids. Kedua hujan meteor tersebut akan dilengkapi dengan bulan purnama, yang sayangnya justru mengganggu pandangan ke hujan meteor.
Puncak hujan meteor Delta Aguarids akan terjadi saat puncak hujan meteor Perseids dimulai. Keduanya akan menghasilkan 15 hingga 30 bintang jatuh per jam. “Meskipun ada bulan terang yang menjadi tamu, orang tetap bisa melihat hujan Delta Aquarids,” kata Raminder Singh Samra, astronom dari H.R. MacMillan Space Centre di Vancouver, Kanada.
Perseids akan dimulai dengan sekitar lima meteor per jam. Mereka dapat dilihat dua minggu sebelum pertengahan agustus. Saat puncak hujan meteor rata-rata ada 60 hingga 120 meteor. Pengamatan dapat dilakukan mulai pukul 2 dini hari sampai subuh. Rasi Perseus berada di arah timur laut dengan ketinggian 30 derajat. Sementara itu, aktivitas Delta Aquarids akan terjadi akhir Juli dan awal Agustus.
Hampir seluruh orang di dunia dapat melihat hujan meteor ini. Hujan dapat terlihat dengan jelas di daerah yang gelap, jauh dari gemerlap kota. “Karena bintang jauh akan terjadi di seluruh angkasa yang terlihat, berbaringlah dan biarkan mata beradaptasi dengan kegelapan,” Samra memberi saran.
Hujan meteor Delta Aquarids dan Perseids terjadi karena atmosfer Bumi menghampiri awan yang terbentuk dari butiran-butiran partikel yang dilepaskan komet. Setiap partikel masuk ke atmosfer dengan kecepatan 150.000 kilometer per jam sehingga terbakar dan menghasilkan cahaya. (National Geographic Indonesia)
Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Kamis, Agustus 04, 2011
Pemilu Menggunakan Fisika
mungkin bisa muncul dibenak kita semua. Namun dengan semakin berkembangnya ekonofisika dan sosiofisika, hubungan ini jadi mungkin. Ayo kita lihat bagaimana hubungan fisika dan pemilu itu.
Pemilu 2004 merupakan pesta demokrasi. Seluruh rakyat berbondongbondong ke tempat pemungutan suara untuk menentukan masa depan negara. Satu hal yang menarik dari pemilu 2004 adalah pemilu ini merupakan pemilu langsung. Tiap orang mencoblos tidak hanya logo partai, tapi juga orang-orang yang akan duduk di
kursi legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah) serta kursi eksekutif (kursi presiden dan wakil presiden). Sudah satu jenjang pemilu yang kita ikuti, yaitu pemilihan legislatif, sekarang kita akan memasuki pemilihan eksekutif yang tentu menyimpan fenomena yang sangat menarik untuk diamati. Jika
pergerakan saham menjadi fokus perhatian ekonofisika (econophysics), maka pemungutan suara dan pemilu bisa merupakan salah satu pusat perhatian sosiofisika (sociophysics) Bagaimana fisika memandang pemilu 2004? Informasi apa yang bisa kita ambil dari susunan perolehan suara yang ada? Angka-angka perolehan suara tiap partai dan tiap calon anggota DPD tentu menyimpan makna yang menarik untuk dibedah. Di luar analisis statistika yang berkembang saat ini, fisika mempunyai metode mekanika statistik yang menarik untuk menganalisis data-data perolehan suara. Metode ini sudah biasa digunakan dalam ekonofisika.
Para ahli statistik tahu bahwa semua data memiliki sifat distribusi. Distribusi yang paling terkenal adalah distribusi Gaussian yang sering disebut distribusi acak. Artinya jika sistem itu mempunyai sifat acak yang tinggi maka distribusinya cenderung Gaussian. Bentuk distribusi ini seperti bentuk sebuah bel. Distribusi lain adalah distribusi power-law (distribusi hukum pangkat). Distribusi ini dinyatakan dalam persamaan sederhana P(x) ~ x-a (x pangkat minus a) dengan a merupakan suatu bilangan konstan. Pada distribusi ini terjadi kesenjangan distribusi, populasi tidak tersebar merata, ada bagian yang populasinya sangat banyak, tetapi ada bagian yang populasinya sangat sedikit.Sifat distribusi power-law ini dapat ditemukan dalam peristiwa fisika
terutama yang berhubungan dengan keadaan kritis. Misalnya air pada suhu 374 derajat Celsius dan tekanan sekitar 220 atm. Pada kondisi ini air berada pada kondisi kritis yaitu antara cair dan gas. Ketika suhu air dinaikkan sedikit saja, massa jenis, kompresibilitas dan viskositas air ini akan berubah secara drastis mengikuti powerlaw (hukum pangkat). Apa yang menyebabkan demikian? Disini molekul-molekul air melakukan tindakan mengatur dirinya (self-organizing critically) untuk mengubah massa jenis, kompresibilitas, dan viskositas air tersebut. Per Bak, seorang fisikawan Denmark mengatakan bahwa sifat pengaturan diri
sendiri ini terjadi pada semua sistem yang berada pada keadaan kritis. Sebagai illustrasi ia mengatakan bahwa ketika pasir dituangkan diatas permukaan lantai, pasir akan membentuk suatu bukit kecil. Bukit ini makin lama makin tinggi sampai suatu ketinggian tertentu. Setelah itu terjadi keanehan. Kemiringan bukit ini tidak berubah
walaupun bukit bertambah tinggi. Menurut Per Bak setelah bukit mencapai suatu kemiringan tertentu (kondisi kritis), pasir-pasir akan mengatur dirinya sedemikian sehingga kemiringan bukit tidak berubah. Alam ternyata dilengkapi sang pencipta dengan kemampuan mengatur diri ketika berada dalam keadaan kritis. Sifat power-law yang berhubungan dengan pengaturan diri dalam kondisi kritis ini terjadi pada berbagai fenomena lain seperti distribusi kekayaan (orang kaya makin kaya dan orang miskin tambah miskin), populasi kota-kota (kota-kota tertentu sangat banyak penduduknya, kota lain sangat kurang) dan situs-situs internet (ada
situs yang sangat banyak diakses tetapi situs lain sangat kurang). Disini orang mengatur dirinya untuk memilih daerah-daerah atau hal-hal yang lebih menyenangkan dan memberikan keuntungan. Sifat pengaturan diri ini terdapat juga pada mereka yang sering berpikir positif. Ketika di pagi hari kita berkata bahwa hari ini sangat indah dan membahagiakan, maka terjadi suatu pengaturan diri yang membuat hari ini menjadi indah dan membahagiakan. Sebaliknya ketika kita berpikir negatif, kusut, dan sial.Yang terjadi adalah demikian. Jadilah seperti apa yang kita percayai
Menakjubkan! Sifat pengaturan diri pada kondisi kritis ini juga ditemui dalam distribusi hasil pemilu 2004 dan 1999. Ini terlihat dari sifat power-law data hasil pemilu ini. Jika kita gambarkan grafik kemungkinan sebuah kontestan pemilu untuk memperoleh sejumlah suara sebagai fungsi jumlah suara tersebut, kita dapatkan grafiknya berupa power law, di mana bilangan pangkatnya mendekati satu. Jika digambarkan dalam skala logaritma grafik ini akan berbentuk garis lurus dengan kemiringan garis menyatakan pangkat dari power law ini. Kemiringan grafik ini a =1.632 untuk tahun 1999 dan a=1.41 untuk tahun 2004. Hasil ini
menceritakan pada kita bahwa dalam pemilu ini masyarakat mengatur diri (self organizing) untuk memilih partai sesuai yang dikehendakinya. Dengan kata lain pemilu bersifat demokratis (masyarakat memilih sesuai dengan kebebasannya). Semakin pangkat power-law-nya mendekati satu (a = 1) semakin demokratis pemilu
tersebut. Dilihat dari nilai bilangan pangkatnya, pemilu 2004 tampak lebih demokratis dibandingkan dengan pemilu 1999. Namun perbedaan ini tidak terlalu banyak. Ada dua hal yang kita bisa analisa dari hasil ini yaitu pertama, pola yang hampir sama dari kedua distribusi tersebut menunjukkan bahwa pandangan masyarakat terhadap keberadaan partai politik tersebut tidak berbeda jauh untuk tahun 1999 dan 2004. Hal ini sebenarnya cukup memberikan tanda tanya karena telah terjadi perubahan yang cukup besar dalam aturan pemilu 2004 relatif terhadap 1999. Pemilu 2004 memilih calon wakil rakyatnya secara langsung sedangkan pemilu 1999 tidak. Kesimpulan yang kita bisa ambil adalah bahwa rakyat masih kurang memahami perbedaan sistem pemilu tidak langsung (1999) dan langsung (2004). Kedua, distribusi power-law dalam pemilu tersebut menunjukkan bahwa kedua pemilu tersebut telah mengkondisikan masyarakat pada keadaan kritis, dimana
masyarakat diminta untuk menentukan pilihannya berdasarkan kehendaknya. Jadi disini masyarakat mengatur dirinya untuk memilih sesuai dengan keinginannya (demokratis). Sehingga kita boleh katakan bahwa pemilu 1999 dan 2004 memang cukup demokratis. Jadi, meskipun pemahaman rakyat atas partai politik yang
dipilihnya dalam pemilu tidak terlihat begitu jauh berbeda, namun sifat power-law pada kedua pemilihan tersebut telah menunjukkan bahwa keduanya tetap menunjukkan bahwa kedua pemilu cukup demokratis.
Dengan analisis yang sama kita melihat bahwa pemilihan suara calon anggota DPD ternyata lebih demokratis lagi. Ini ditunjukkan dari sifat power-law pada distribusi perolehan suara calon anggota DPD yang bilangan pangkatnya sama dengan satu. Pemilihan Presiden mendatang Berdasarkan sifat self-organizing critically atau sifat pengaturan diri pada kondisi kritis, pada pemilihan presiden nanti dapat diprediksi bahwa presiden yang terpilih adalah orang yang paling banyak melakukan sosialisasi ke masyarakat luas baik melalui media massa, maupun melalui kunjungan-kunjungan atau tatap muka langsung. Melalui sosialisasi ini masyarakat akan dikondisikan pada keadaan kritis untuk menentukan pilihannya. Pada kondisi kritis masyarakat akan mengorganisasi dirinya (self organizing) untuk memilih orang yang dianggapnya paling memperhatikan dia atau orang yang paling sering ia lihat baik gambarnya ataupun fisiknya secara langsung.
Bahaya Lisan
Singa Laut saja Perduli pada Yatim Piatu Lho.......!!!
10 Resep Kesuksesan Jepang
Diposting oleh
Dhika Rizkia Putri
di
Rabu, Juli 27, 2011
Misteri Sungai Dalam Laut Di Meksiko
Inilah gua yang dikatakan menuju sungai dasar laut tersebut
Fenomena ganjil itu membingungkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut. Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .Artinya: Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus. Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.