Biologi : Fungsi Population Genetics menjelaskan Peran Seleksi Alam dalam Evolusi Neo-Darwinism

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi di bidang biologi molekuler, aspek-aspek ilmu genetika juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Aspek yang dimaksud masuk ke dalam ranah ilmu genetika yaitu classical genetics, molecular genetics dan population genetics. Quantitative genetics yang membahas secara mendalam berbagai macam sifat kuantitatif seperti tinggi badan, berat badan, IQ, kepekaan terhadap penyakit, dan sebagainya masuk ke dalam ilmu population genetics. Ilmu population genetics pula yang mendukung teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin 150 tahun lalu. Ilmu ini menggunakan berbagai macam pendekatan statistik untuk membuktikan, menjelaskan atau mendeteksi adanya perubahan organisme dalam lingkungan oleh sebab adanya dorongan evolusi (evolutionary force). Dari sinilah lahir istilah Neo-Darwinism.

Dalam Neo-Darwinism, evolusi dideskripsikan sebagai perubahan frekuensi alel yang ada dalam populasi di tempat dan waktu tertentu oleh sebab adanya evolutionary force. Evolutionary force yang dimaksud di sini terdiri dari (1) Mutation, sebagai the building block of evolution, ia cenderung meningkatkan variasi genetis atau frekuensi alel yang menjadi subyek seleksi alam; (2) Natural Selection, terdiri dari directional selection, stabilizing selection dan disruptive selection; (3) random genetic drift, yang cenderung menekan variasi genetis; (4) Non-random mating yang meningkatkan homozigositas fenotip tanpa mempengaruhi frekuensi alel; (5) migration, yang mendorong kesamaan frekensi alel antar populasi yang berbeda.

Sebelum melangkah lebih jauh, alangkah baiknya jika kita mengenal bagaimana cara menghitung frekuensi alel dalam suatu populasi. Misalkan dalam suatu populasi, terdapat 2 alel dalam satu lokus, yaitu A1 dan A2, maka dalam populasi tersebut hanya ada variasi genotip individu sebagai berikut  A1A1, A1A2, dan A2A2.  Jika dalam populasi tersebut diketahui berjumlah 500 orang dan individu dengan genotip A1A1 = 245, A1A2 = 150 dan A2A2 = 105, maka frekuensi masing-masing alel dalam gene pool, yaitu A1 dan A2 bisa dihitung sebagai berikut :

Frekuensi A1= [(2 x 245) + (1 x 150)] / 1000 = 0,64

Frekuensi A2= [(2 x 105) + (1 x 150)] / 1000 = 0,36

Di sini 1000 artinya dalam gene pool yang terdiri dari 500 individu terdapat 1000 alel sebab masing-masing individu memiliki 2 alel atau diploid. Pada individu A1A1 terdapat dua alel A1, sedangkan dalam individu A1A2 terdapat satu alel A1.

Langkah selanjutnya adalah mengetahui apakah individu dengn alel tertentu memiliki kemampuan adaptasi lebih unggul dibandingkan alel lain yang dinyatakan dengan fitness, kita harus menghitung dulu nilai fecundity dan survival dari keturunan yang dihasilkan oleh individu dengan genotipe tertentu. Fecundity adalah kemampuan organisme untuk mengasilkan keturunan atau dengan kata lain rata-rata keturunan yang dilahirkan oleh organisme dengan genotpe tertentu dalam populasi bersangkutan. Survival adalah kemampuan keturunan tersebut untuk tetap hidup sampai masa reproduksi. Produk antara fecundity dan survival adalah fitness. Kita ambil contoh pada wolf spider betina yang menghasilkan keturunan seperti pada tabel dibawah ini.



Genotipe              fecundity       Survival             fitness          relative fitness

A1A1                        230               0,0200               4,6                       1.00

A1A2                        280               0,0150               4,2                       0,91

A2A2                        190               0,0100               1,9                       0,41         



Pada tabel di atas tampak bahwa individu homozygote A1 memiliki fitnes paling besar walaupun fecundity nya sedikit lebih rendah daripada heterozygote tapi memiliki survival yang lebih tinggi. Konsep relative fitness lebih sering dipakai dalam population genetics dibandingkan dengan absolute fitness. Dalam relative fitness, individu dengan genotipe tertentu yang memiliki fitness tertinggi dianggap memiliki fitness sebesar 1, sedangkan yang lainnya kurang dari 1 seperti tampak pada kolom terakhir tabel di atas. Dengan kata lain individu dengan kemampuan adaptasi paling tinggi memiliki fitness sebesar 1,00.

Dari penjelasan di atas tampak adanya proses seleksi terhadap individu dengan genotipe tertentu, yang dalam hal ini yaitu seleksi terhadap alel A2. Besarnya seleksi yang dialami oleh individu dengan genotip tertentu dinyatakan dengan bilangan coefficient of selection. Hubungan antara fitness dengan coefficient of selection (s) dapat dinyatakan sebagai berikut :

                                         coefficient of selecion (s) = 1 – fitness (F)

Dari contoh dalam tabel di atas, dapat dihitung coefficient of selection (s) nya, yaitu sebesar 0,59.

Dalam lingkungan yang sesungguhnya, alel tertentu bisa mempengaruhi kemampuan beradaptasi (fitness) individu tidak selalu secara langsung, artinya, fenotip yang dihasilkan oleh genetotip tertentu tidak secara langsung menentukan kemampuan hidupnya, tapi lebih menentukan kemampuan hidup individu tersebut melalui melalui interaksinya dengan lingkungan. Misalkan kemampuannya berkamuflase suatu organisme sangat bergantung pada genotipe yang mengkode warna pigmen dan kondisi lingkungan di mana organisme itu hidup. Semakin baik kemampuan berkamulflase maka semakin tinggi pula ia terhindarkan dari predator, akibatnya, alel yang mengkode sifat terkait lebih banyak diturunkan pada generasi berikut daripada alel lain. Contoh mekanisme seleks seperti ini tampak pada salah satu jenis kupu Beston betularia di Inggris (lihat gambar). Sebelum era industrialisasi di Inggris, banyak pohon masih berwarna terang, sehingga kupu berwarna terang lebih terkamuflase dan terhindarkan dari predator daripada kupu berwarna gelap. Di sini alel pengkode pigmen gelap dominan terhadap alel pengkode pigmen terang. Namun, saat era industrialisasi, dimana banyak sekali polusi udara yang membuat warna kulit pohon menjadi lebih gelap, kupu dengan warna gelap lebih adapted dibandingkan dengan kupu berwarna terang, akibatnya frekuensi alel untuk mengkode pigmen warna gelap lebih banyak atau meningkat.

Efek Seleksi Alam pada Frekuensi Alel di Generasi Berikut


Seperti yang telah disebutkan di atas, seleksi alam dapat meningkatkan frekuensi alel yang menghasilkan fenotipe dengan fitness tertinggi. Perhitungan mengenai efek seleksi alam ini kita ambil contoh yang sama pada pada tabel di atas, namun kali ini individu heterozygote memiliki relative fitness sama dengan individu homozygote yaitu 1,00 sebagai berikut:



Genotipe       frekuensi genotipe P   relative fitness        kontribusi      frekuensi genotipe P’

A1A               (0,64)2= 0,41                   1.00                     0,41               0,41/0,92 = 0,44

A1A2                2 (0,36)(0,64)=0,46           1,00                     0,46               0,46/0,92 = 0,50

A2A2                (0,36)2 = 0,13                   0,41                     0,05               0,05/0,92 = 0,06

                          total = 1                                             total = 0,92             total = 1



Perhitungan frekuensi P di atas berdasarkan hukum Hardy-Weinberg. Dari perhitungan di atas tampak bahwa total frekuensi alel pada generasi berikut (P’) mengceil sebab adanya seleksi pada alel tertentu, dalam hal ini alel A2 dalam genotip homozygote A2. Dalam generasi berikutnya, frekuensi genotipe  A1A1 menjadi 0,44, genotipe A1A2 menjadi 0,50, dan genotipe A2A2 menjadi 0,06. Frekuensi genotipe A2A2 turun dari 0,13 menjadi 0,06, yaitu tinggal separuhnya! Dari perhitungan ini dapat diketahui bahwa frekuensi alel A2 pada generasi berikut menjadi :

(0,06) + (0,5 x 0,50) = 0,31

Yakni mengalami pernurunan sebesar 0,36-0,31 = 0,05 atau sekitar 5%. Jika frekuensi A1 dinyatakan sebagai p dan frekuensi A2 dinyatakan sebagai q, maka perbedaan frekuensi A2 antara generasi parental dan f1 dinyatakan dalam Δq = -0,05. Sedangkan frekuensi alel A1, dengan cara perhitungan yang sama dengan alel A2 mengalami peningkatan sebesar 0,05 atau 5%.

Contoh di atas menggambarkan jika dominasi (dominance) A1 adalah complete dominance, artinya, fenotipe dari heterozygote memiliki sifat yang sama persis dengan homozygote A1 sehingga seleksi alam tidak bisa “mendeteksi” adanya alel A2 dalam keadaan heterozygote. Hal ini tidak selalu benar pada dunia nyata. Sebab kadangkala, ada alel yang tidak menunjukkan sifat demikian dalam hal dominasi, tapi memiliki derajat dominasi sampai nilai tertentu yang dinayatakan dalam level of dominance (h). Alel dengan sifat demikian dikatakan memiliki efek additif (additive effects). Lihat contoh pada tabel berikut ini :

Genotipe       frekuensi genotipe P     relative fitness    kontribusi       frekuensi genotipe P’

A1A1                (0,64)2= 0,41                    1.00                   0,41                 0,41/0,83 = 0,49

A1A2                2 (0,36)(0,64)=0,46            0,80                   0,37                 0,37/0,83 = 0,44

A2A2                (0,36)2 = 0,13                    0,41                   0,05                 0,05/0,83 = 0,06

                        total = 1                                            total = 0,83             total = 1


Dengan data di atas, alel A2 mengalami penurunan sebesar 8%, lebih besar daripada tabel di atas. Dari sini tampak bahwa jika level of dominance menurun, maka alel A2 dalam keadaan heterozygote akan “terdeteksi” oleh seleksi alam.

Penejelasan ini hanyalah sepotong dari sekian banyak perhitungan dalam population genetics yang tentu saja tidak bisa diceritakan panjang lebar dalam  kesempatan ini. Penjelasan ini belum mencakup penjelasan peran population genetics dalam menjelaskan seleksi alam yang terjadi pada quantitative traits sebagai dasar evolusi organisme yang jauh lebih kompleks.



Referensi :


Hyde, D. 2009. Population Genetics. In: Hyde, D. (Ed), Introduction to Genetics Principles, 1st Edition, (p. 790-811). New York: McGraw-Hill.
Read more ...

Kimia : Daya Kerja Deterjen

Sebagai bahan pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.

Pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.

Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di wilayah pegunungan atau daerah pemukiman bekas rawa sering tidak menghasilkan busa. Hal itu disebabkan oleh sifat sabun yang tidak akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah (air yang mengandung logam-logam tertentu atau kapur). Namun penggunaan deterjen dengan air yang bersifat sadah, akan tetap menghasilkan busa yang berlimpah.

Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih. Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa.

Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan daya kerja deterjen adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan. Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna, sebaiknya jangan menggunakan air hangat/panas.

Pemakaian deterjen juga kerap menimbulkan persoalan baru, terutama bagi pengguna yang memiliki sifat sensitif. Pengguna deterjen dapat mengalami iritasi kulit, kulit gatal-gatal, ataupun kulit menjadi terasa lebih panas usai memakai deterjen.
Read more ...

Kimia : Efek Toksik Merkuri Metalik ( HgO)

Merkuri dilambangkan dengan Hg, akronim dari Hydragyrum yang berarti perak cair. Merkuri merupakan salah satu unsur logam yang terletak pada golongan II B pada sistem periodik, dengan nomor atom 80 dan nomor massa 200.59.  Logam merkuri dihasilkan secara alamiah diperoleh dari pengolahan  bijihnya, Cinabar, dengan oksigen (Palar;1994).
Logam merkuri yang dihasilkan  ini, digunakan dalam sintesa senyawa senyawa anorganik dan organik yang mengandung merkuri. Dalam kehidupan sehari-hari, merkuri berada dalam tiga bentuk dasar, yaitu : merkuri metalik, merkuri anorganik dan merkuri organik
Merkuri metalik dikenal juga dengan istilah merkuri unsur (mercury element), merupakan bentuk logam dari merkuri. logam ini berwarna perak. Jenis merkuri ini digunakan pada alat-alat laboratorium seperti termometer raksa, termostat, spignometer, barometer dan lainya. Secara umum logam merkuri memiliki karakteristik sebagai berikut, Berwujud cair pada suhu kamar (250C) dengan titik beku (-390C). Merupakan logam yang paling mudah menguap. Memiliki tahanan listrik yang sangat rendah, sehingga digunakan sebagai penghantar listrik yang baik. Dapat membentuk alloy dengan logam lain (disebut juga dengan amalgam)
Merkuri metalik digunakan secara luas dalam industri, diantaranya sebagai katoda dalam elektrolisis natrium klorida untuk menghasilkan soda kautik (NaOH) dan gas klorin. Logam ini juga digunakan proses ektraksi logam mulia, terutama ekstraksi emas dari bijihnya, digunakan juga sebagai katalis dalam industri kimia serta sebagai zat anti kusam dalam cat.
Merkuri metalik dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan. Termometer merkuri yang pecah merupakan salah satu contohnya. Ketika termometer pecah, sebagian dari merkuri menguap ke udara. Merkuri metalik tersebut dapat terhirup oleh manusia yang berada di dekatnya.
Delapan puluh persen  (80%) dari merkuri uap  yang terhirup, diabsorbsi oleh alveoli paru-paru. Merkuri metalik ini masuk dalam sistem peredaran darah manusia dan dengan bantuan hidrogen peroksidase merkuri metalik akan dikonversi menjadi merkuri anorganik.
Penggunaan merkuri metalik yang lain dan paling umum adalah pada amalgam gigi. Amalgam gigi mengandung 50 % unsur merkuri, 35 % perak, 9 % timah 6 % tembaga dan seng.  Amalgam  ini digunakan sebagai penambal gigi berlobang.
Tambalan amalgam melepaskan partikel mikroskopik dan uap merkuri. Kegiatan mengunyah dan  meminum makanan dan minuman yang panas menaikan frekuensi lepasnya tambalan gigi. Uap merkuri tersebut akan di serap oleh akar gigi, selaput lendir dari mulut dan gusi, dan ditelan, lalu sampai ke kerongkongan dan saluran cerna.
Merkuri metalik dalam saluran gastrointestinal akan dikonversi menjadi merkuri sulfida dan diekskresikan melalui feces. Para peneliti dari Universitas Of Calgari melaporkan bahwa 10 % merkuri yang berasal dari amalgam pada akhirnya terakumulasi di dalam organ-organ tubuh (McCandless;2003)
Merkuri metalik larut dalam lemak dan didistribusikan keseluruh tubuh. Merkuri metalik dapat menembus Blood-Brain Barier (B3) atau Plasenta Barier. Keduanya merupakan selaput yang melindungi otak atau janin dari senyawa yang membahayakan. Setelah menembus Blood-Brain Barier, merkuri metalik akan terakumulasi dalam otak. Sedangkan merkuri yang menembus  Placenta Barier akan merusak pertumbuhan dan perkembangan janin.
Read more ...

Fisika : Gelembung Soda Es


AIR yang memiliki gas karbondioksida bertekanan tinggi merupakan minuman soda dengan banyak gelembung.

Es adalah air yang membeku. Di sebagian es juga menyimpan udara pada pemukaan es yang tidak rata. Jika minuman soda dan es batu kita tuangkan dalam satu gelas, maka es akan mencair dengan gelembung yang semakin banyak akibat udara yang terperangkat ikut keluar.

Agar tidak menghasilkan banyak gelembung, Anda bisa mencuci permukaan es menjadi licin. Dengan demikian minuman soda itu bisa Anda tuang tanpa harus tumpah karena gelembung yang banyak.
Read more ...

Fisika : Refleksivitas Bersin


BERSIN adalah proses mengeluarkan udara secara paksa dari paru-paru melalui mulut dan hidung. Proses bersin terjadi akibat tindakan refleks kita saat infeksi hidung, perut yang penuh ataupun melihat cahaya terang secara tiba-tiba.

Salah satu penyebab umum terjadinya bersin adalah masuknya sebuah benda asing yang mampu membuat iritasi pada hidung.

Bagi orang yang sedang sakit, sangat rentan menyebarkan penyakit udara melalui bersin tersebut.
Read more ...

Fisika : Terbentuknya Salju



SEIRING dengan perubahan cuaca di belahan Eropa, hujan salju sedang turun di setiap kota. Salju adalah butiran es atau air yang membeku. Butiran es itu terbentuk dari uap yang ada di udara. Jika udara berada dalam suhu yang sangat dingin, maka uap di udara akan berubah ke bentuk salju.

Negara-negara yang jauh dari garis khatulistiwa, cenderung memiliki cuaca dingin dan salju. Hal ini dikarenakan faktor penyinaran matahari yang sangat sedikit. Saat itulah reaksi salju muncul dengan cepat.

Bagi negara-negara yang dilintasi garis khatulistiwa memiliki intensitas sinar matahari yang cukup sepanjang tahun, sehingga udaranya tidak terlalu dingin dan juga tidak memiliki musim salju.

Salah satu negara yang dilintasi garis khatulistiwa adalah Indonesia. Hampir setiap kota di negara kita ini cenderung tropis, kecuali Papua yang memiliki musim salju abadi.
Read more ...

Fisika : Kedipan Bintang di Malam Hari


RIBUAN bintang akan terus berkedip, saat kita menyaksikan pemandangan langit di malam hari. Namun sebenarnya, kedipan cahaya yang dihasilkan bintang-bintang itu merupakan cahaya yang konstan.

Cahaya bintang yang sampai ke mata kita menempuh perjalanan melaui ruang hampa dan menembus atmosfir Bumi. Atmosfir terdiri dari udara yang memiliki indeks bias yang besarnya berbeda-beda tergantung dari kepadatannya

Dengan adanya pergerakan udara di atmosfer, maka cahaya dari bintang yang sampai ke mata kita harus menembus udara dengan indeks bias yang berbeda-beda. Oleh karenanya, cahaya bintang terlihat berkedip.

Bintang yang berada pada garis horizontal harus melewati lapisan atmosfir lebih jauh daripada bintang yang tepat berada di atas kita, sehingga akan terlihat lebih berkedip.
Read more ...

Fisika : Laju Air Naik ke Pohon


SAMA seperti manusia, tumbuhan juga membutuhkan air sebagai kelangsungan hidupnya. Kandungan zat yang ada pada pohon berasal dari air dan tanah melalui akar tanpa adanya pompa.

Zat cair memiliki beberapa sifat dan salah satunya adalah kapilaritas. Kapilaritas merupakan perubahan ketinggian permukaan air di dalam suatu pipa. Jika kita memasukkan sebuah sedotan pada gelas yang berisi air, maka permukaan air dalam sedotan tampak lebih tinggi dibanding permukaan air di luar sedotan.

Semakin kecil diameter pipa, semakin tinggi kenaikan permukaan air. Akar pohon terdiri dari pipa-pipa yang sangat kecil, sehingga air dalam tanah akan mudah naik sampai ke puncak pohon.
Read more ...

Fisika : Bagaimana Prosesnya Krupuk bisa Melempem ?


SERINGKALI kita menemukan kerupuk yang sudah melempem. Melempemnya kerupuk itu berawal ketika udara masuk ke dalam rongga-rongga kerupuk yang berjumlah banyak.

Kerupuk adalah makanan yang memiliki banyak rongga. Rongga-ronga tersebut sangat kecil dan jumlahnya sangat banyak. Kerupuk lebih mudah melempem jika terkena air. Udara di sekitar pun mengandung uap air.

Apabila kerupuk diletakkan di ruang terbuka, maka yang terjadi adalah uap air yang dibawa udara akan terperangkap di dalam rongga-rongga pada kerupuk dan mengakibatkan kerupuk melempem.

Agar kerupuk tetap terjaga kualitas kerenyahannya, sebaiknya Anda menaruhnya dalam wadah tertutup atau di udara yang kering.
Read more ...

Fisika : Gerak Benda di dalam Mobil Berjalan

corbis
JIKA kita sedang mengendarai mobil, pergerakan benda di dalam mobil akan terlihat berlawanan arah. Hal ini tentu dikarenakan oleh benda bermassa yang memiliki kelembaman atau kemalasan. Benda-benda tersebut akan diam dan bergerak sesuai dengan benda yang menggerakannya.

Saat mobil berjalan, kita dan mobil akan sama-sama cenderung untuk mempertahankan gerak kita. Bukti lain yang bisa kita rasakan sehari-hari adalah ketika mobil di rem, maka badan kita di dalam mobil seolah-olah terdorong ke depan. Peristiwa seperti ini menandakan adanya perlawanan setiap untuk mempertahankan keadaan gerak sebelumnya.
Read more ...

Fisika : Warna Biru Gunung dari Kejauhan


WARNA biru yang terjadi pada alam semesta dipicu karena matahari memancarkan cahayanya ke atmosfer bumi yang dominan menghamburkan warna biru.

Wajar jika kita sering menyaksikan pemandangan laut dan gunung berwarna biru pada siang hari.

Udara yang cukup tebal juga bisa menjadi faktor warna gunung menjadi biru. Apalagi jika kita berdiri dari kejauhan, udara tebal itu berada persis di antara gunung dan posisi kita berdiri.
Read more ...

Muatan Listrik dari Udara Dingin

Muatan Listrik dari Udara Dingin

Muatan Listrik
ALIRAN listrik terjadi karena ada perbedaan muatan atau tegangan. Banyak benda di sekitar kita sebenarnya memiliki muatan listrik statis. Muatan listrik itu terjadi akibat adanya gesekan dengan benda lain. Contoh mudahnya adalah sebuah penggaris plastik yang digesek ke rambut akan bermuatan listrik.

Jika dua benda bermuatan cukup besar dan melakukan kontak, maka yang terjadi adalah loncatan listrik.

Setiap udara biasanya mengandung banyak uap air. Air mampu sebagai penghantar listrik yang kurang baik. Sedangkan udara merupakan elemen penghantar listrik yang sangat buruk. Jika di udara terdapat banyak uap air, maka muatan listrik listrik pada benda akan pindah ke udara/ dinetralkan, sehingga muatan listrik statis pada benda tidak terlalu besar.

Pada udara dingin, kandungan uap air di udara semakin sedikit karena sebagian besar uap air berubah menjadi air. Sedangkan pada benda-benda di udara yang kering dapat memiliki muatan listrik statis yang tinggi dan bisa terjadi loncatan listrik, termasuk manusia.
Read more ...

Fisika : Bagaimana Sedotan Bekerja ya ?

Sedotan -- sweetney.com
SEDOTAN adalah sebuah benda berbentuk pipa yang mampu menyedot air ke tempat yang lebih tinggi. Biasanya terjadi pada air di dalam gelas, botol dan minuman kemasan bisa naik ke dalam mulut kita.

Di sekitar kita terdapat udara yang bersifat menekan benda ke segala arah, termasuk air dan gelas. Ketika kita minum air dengan sedotan, maka kita mengurangi tekanan udara di dalam mulut.

Tekanan udara di dalam mulut lebih kecil dibanding tekanan udara di luar. Cara kerja sedotan terlihat dari tekanan udara luar yang mendorong air masuk ke dalam tekanan yang lebih kecil, yaitu mulut kita. Begitupula sebaliknya, jika sedotan kita tiup dengan tekanan udara yang lebih besar, maka arus air akan meuju ke udara luar.
Read more ...

Fisika : Penyebab Rusaknya Mata

Mata Manusia -- lendraharahap.multiply.com
MATA adalah alat indra untuk melihat. Mata dapat menangkap cahaya untuk menghasilkan sebuah gambar yang selanjutnya diterjemahkan oleh otak.

Mata memiliki lensa yang berfungsi untuk mengatur fokus cahaya yang datang agar bayangan benda jatuh tepat di retina. Ketebalan setiap lensa berubah-ubah untuk mengatur fokus sesuai dengan jarak benda yang dilihat.

Tebal-tipisnya lensa mata dikendalikan oleh otot-otot pada mata. Jika otot-otot tersebut berkontraksi, maka lensa mata akan menipisdan sebaliknya. Otot mata dapat melemah karena faktor usia atau cara membaca yang salah. Jika otot mata ini tidak bekerja dengan baik, maka bayangan benda tidak jatuh tepat di retina dan mata Anda pun berlu dibantu dengan lensa kacamata.
Read more ...

Fisika : Kenapa Lampu Rem berwarna Merah ?

Lampu Merah -- corbis.com
WARNA merah pada lampu rem sebuah kendaraan menandakan peringatan pada kendaraan yang berada di belakangnya agar selalu berhati-hati.

Bukan hanya pada lampu rem, lampu lalu lintas dan lampu menara-menara tinggi pun memilih warna merah sebagai tanda peringatan yang paling mutlak.

Di bumi ini, kita hidup dikelilingi atmosfer. Cahaya yang melewati atmosfer akan dihamburkan. Besarnya penghamburan cahaya tergantung dari warnanya. Warna merah adalah warna yang paling sedikit dihamburkan, sehingga dapat merambat dengan jarak yang lebih jauh dibandingkan warna lainnya. Dengan begitu, setiap orang dapat melihat tanda peringatan dan bisa berhati-hati dari jarak jauh agar tidak terjadi benturan yang tidak diinginkan.
Read more ...

FISIKA

PELITA KARAWANG ADMIN